Jumat, 14 Mei 2010

Mam a Mam a Mam a

Kamis kemaren Si Dede keliatan seneng banget.
Papa asik bermain sama Dede.
Si dede ketawa sampe klek klek klek bunyinya. terpingkal-pingkal.
capek bermain dia mulai bereksplorasi lagi.
pertama-tama mengacak-acak semua mainan
lalu mengeluarkan semua isi almari pakaian
dilanjutkan otak atik motor oom
dan terakhir merangkak, duduk dan berjalan...
yang terakhir adalh yang paling lucu.
dengan di iringi senyum dan sesekali tepuk tangan atau melambaikan tangan dia mencoba mengasah kemampuan geraknya.

"jalan jalan jalan jalan" sorak kami semua melihat dede berdiri.
dan dia mulai melangkah dengan girangnya.
satu dua tiga buk....

lagi lagi lagi
satu dua tiga empat buk...

dan tiba-tiba
satu dua tiga empat lima.... sepuluh buk

wah selamat ya de, langkahnya semakin banyak.
dia hanya menjawab " klek klek klek klek"

Jumat dini hari dia rewel.
bangun tidur tak mau ditinggal.
maunya nempel aja sama bundanya.
sambil nangis ngoceh mama mam a mam a mam a
hidungnya tambah meler
gak mau lepas dari gendongan
sampai solatpun bunda gendong deh

ikut Papa gak mau
ikut Teteh juga ogahan
digendong sambil duduk gak mau
ahh kenapa De???

nyoba di tes suhunya, wah 38 masih jalan
buru-buru deh ambil paraset sirup
di minumkan, bobo deh...

Papa buru-buru mau kerja
eee si dede bangun
merengek gak mau ditinggal
lebih tepatnya minta dinaikin motor
uhhh

aku mo berangkat juga secara udah pukul 08.30
tadi dandan udah diribetin makanya lama
sekarang mo berangkat ditangisi
aduh....

Rabu, 12 Mei 2010

Sulit di Pahami

Aku sebenarnya tak ingin ngerumpi. tapi yang ku tulis ini mirip rumpian ibu-ibu di pos ronda samping rumahku.

jadi begini, suatu ketika aku mendengar kasak kusuk unit seberang di ruangku.
Sebut saja ibu W dan bapak X sedang membicarakan temanku Sis(pernah kuceritakan sebelumnya) dan Ter (teman kami yang sudah selesai kontraknya).

Bu W dan pak X, tadinya mendiskusikan tentang pemberhentian temanku Ter. Menurut mereka, Ter tidak dibutuhkan lagi karena selain masa kontrak habis juga sebab Ter kurang profesional. Dia juga dikatakan sering ijin, apalagi kalau hari sabtu. Aku tidak tahu kebenarannya karena aku baru di situ. belum mengenal semua orang di situ.

Mereka mempermasalahkan kebiasaan ijin Ter tiap sabtu itu.
kata Bu W, "la yo masih kontrak kok kurang ajar gitu. tiap sabtu gak masuk dan ternyata kerja di tempat lain"

Pak X: "sih kontrak kok mencak -mencak kurang ajar. piye lek wis tetep. di tulong kok gak maturnuwun"

Bu W: "la yo ngono iku piye? di kira sini ini tempat singgah apa?"

Pak X: "durung lek wis ngecemes karo Sis neng kantin ku iso jam-jaman sik kaet mudun. bocah kok kaya gak eruh aturan. mergawe kok sak enake dewe"

Bu W: "lo ternyata lek Sabtu iku lo ngajar. de'e kerjo neng sekolah plus iku. lak kurang ajar ta arek gitu itu"

Akhirnya Ter di sudahi kontraknya.Adapun kenapa Ter dan bukan Sis adalah karena Sis punya ijazah yang linear dengan pekerjaan di situ. aku berpikir kenapa dulu nerima Ter kalau tidak linear? 


semenjak mendengar percakapan itu, aku menjaga jarak dari Sis. Kuatir Sis kena damprat atau semacamnya. aku tak pernah mengajaknya nongkrong atau menjauh dari ruang kerjanya. alasannya pendek, aku tak tahu aturan 'aneh' di situ.

Tapi di waktu-waktu tertentu aku mengajaknya ikut sebuah acara atau seminar hanya untuk membuat dia kenal dunia lain selain kursi kerja di ruangannya. aku tahu banyak yang tidak suka. but cuex aja kalee.

aku mencoba menilai, sebenarnya kenapa menahan orang yang ingin maju. kenapa tidak memberi peluang untuk bergerak sedikit leluasa di jam istirahatnya atau diwaktu-waktu menganggur.
kenapa ditanamkan pemikiran bahwa kerjaan di situ tak ada matinya, gak ada habisnya, gak ada jedanya.

GOMBAL.

beberapa orang meluangkan beberapa jam di kantin.
beberapa orang menyediakan beberapa jam untuk ngegame
beberapa orang menghabiskan beberapa jam ngerumpi, melayani sales baju dan semacemnya
beberapa orang mengambil kesempatan beberapa jam untuk belanja kebutuhan kantin dan kantor padahal bisa dilakukan dengan cukup menelpon sebuah agen
Apa bedanya dengan Sis dan Ter yang mencari angin segar di kantin????????????????????????

beberapa minggu yang lalu, aku mengajak Sis seminar dan mendapat pertanyaan berbelit (yang ujungnya pasti 'jangan pergi'). tapi Sis yang lagi suntuk nekad pergi. perasanku tak  enak.

beberapa jam yang lalu aku salah telah mengajak Sis apalagi bosnya Sis gak masuk. . harusnya, pergi aja sendiri seperti biasanya wong urusan pribadi.
kebetulan Bu W di situ langsung cut "lo mau diajak kemana. gak ada orang di sini."

nah dari sini, aku semakin tak enak. aku yakin hal remeh temeh kayak gitu bakal di replay berkali-kali dan diingat disudut otak terpojok, disimpan dalam sanubari terdalam (ceile...)

dan ini pasti akan jadi headline berhari-hari. bahkan akan tetap jadi bahan diskusi berbulan-bulan mendatang.

Azzam

Azzam yang ini bukanlah seorang tokoh dalam sebuah novel.
Dia bukan Khoirul Azzam yang di Ketika Cinta Bertasbih
Azzam ynag ini adalah teman yang ku kenal ketika menempuh kuliah S1 dulu.
Dia adalah Muhammad Azzam

Perjalanan hidupnya begitu berliku.
Perjuangannya untuk bisa kuliah dan menyelesaikan studinya patut di acungi jempol.
kesederhanaan dalam hidup perlu ditiru
Semangat kemandiriannya membara

Sekilas alur cerita kehidupan  kedua Azzam ini nampak sama.
Demi mencapai masa depan cerah mereka memberanikan diri untuk kuliah walaupun resikonya harus mencari biaya sendiri
Demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta keperluan kuliah mereka mau melakukan apapun asal menghasilkan uang dan halal.
Demi membantu keluarga di kampung serta menyekolahkan adik2nya mereka bekerja lebih tekun, lebih sering hingga kuliahnya tertunda dan menjadi mahasiswa abadi di kampus masing-masing.

Bedanya, M Azzam memboyong serta adik-adiknya ke malang untuk diajari berbisnis dan di sekolahkan. Alasannya, karena semua adiknya laki-laki dan masih usia SD dan SMP, supaya belajar mandiri dari kecil dan mengenal kehidupan di peradaban yang lebih maju.
maklum, M Azzam berasal dari kota kecil Blora, Jawa tengah.
Setali tiga uang dengan kota asalku, Bojonegoro kota Ledre yang masih belum terdengar gaungnya.

K. Azzam tidak membawa serta adiknya ke mesir. bisa di maklumi karena biaya ke mesir mahal. apalagi di rumah ibunya tidak ada teman. bapaknya sudah meninggal. selain itu, K Azzam tidak ingin keluarganya melihat betapa sulit kehidupan yang dia jalani. Pun, dia tak ingin mereka bersedih melihat perjuangannya mendapat uang demi keluarga.

Dalam hal mencari jodoh mungkin ada samanya.
mereka sama-sama sering ditolak oleh keluarga perempuan karena status mahasiswa abadinya, pekerjaannya dan latar belakang keluarganya.
Namun, bak drama sinetron akhirnya keduanya mendapat pasangan dengan cerita yang hampir sama.
bedanya, M Azzam dapat perawan ting ting yang belum nikah, bukan janda suci.

K Azzam di Mesir berjualan tempe, bakso dan aneka makanan lain sesuai pesanan pelanggan.
M. Azzam di Malang berjualan telur asin, kerupuk, mengajar ngaji, dan pekerjaan lain yang diminta orang.
Hasil yang mereka dapatlah yang menjadi tumpuan hidup mereka, mulai urusan makan hingga kuliah dan menyekolahkan adiknya. 

Kenapa M Azzam ku tulis di sini, aku hanya share saja. siapa tahu dapat menginspirasi.
di tahun-tahun pertama kuliah aku melihat betapa dia sangat memprihatinkan.
Memprihatinkan, setidaknya itu yang ku nilai dengan lebih dulu membandingkan dengan kehidupanku.
Aku tidak berlebih, tapi waktu itu aku sedikit di atasnya karena segala yang kubutuhkan di penuhi ortu walau dengan jumlah yang pas-pasan. aku bersyukur tidak harus bersusah-susah bekerja dikala jam kuliah usai.

Akhirnya dia sukses (baca: tidak memprihatinkan lagi, sedikit mampu) mungkin itu masih di tahun kedua atau ketiga kuliah. namun, yang membuatku tidak mengerti dari sekarang adalah musibah yang dia alami pada tahun keempat. Di DO alias dikeluarkan. walaupun bukan DO dari kampus, tetap saja itu berpengaruh pada kredibilitasnya. dia memang hanya dikeluarkan dari program beasiswa tapi menurutku itu tak adil karena solusi yang diambil tidak pas. aku hanya bisa sedih. dan akupun belum faham betul masalahnya.

banyak cerita dan kisah seputar itu. aku tak pernah tahu hingga sekarang.
Ada yang mengatakan dia bermasalah dengan seorang pegawai tetap kampus sehingga dia dikeluarkan walaupun kesalahan terletak pada pegawai itu.
Ada yang mengatakan dia mempunyai kesalahan lain yang fatal.
entahlah, aku tidak tahu.
sejak tahun ketiga perkuliahan aku sudah jarang bertemu. tidak tahu perkembangan kisahnya hingga musibah itu datang.

setahun yang lalu ketika aku hamil tua, aku bertemu dengannya. anaknya sudah hampir berjalan.
mungkin usia 1 tahun. perempuan. cantik. begitu jug a istrinya. Dia masihberjualan telur asin dan krupuk. tapi kini dia sudah mengendarai sepeda motor tua warna merah. mungkin keluaran 70 atau 80an.
dia bercerita bahwa bisnisnya maju pesat. Jilbab, baju, mukena dan segala pekerjaan lain. dia mampu mengumpulkan jutaan tiap bulannya. Sayang, kuliahnya belum lulus.

beberapa bulan lalu setelah anakku lahir, aku kebetulan bertemu dengannya.
dandanannya berubah. ada sepasang sepatu mengkilap, dasi menggantung, kemeja yang licin tanda di setrika dan wajah yang lebih cerah terurus.
"aku sekarang guru", ujarnya
"wah selamat. pantesan kok lain. kirain udah jadi direktur. guru dimana", jawabku
"di Ar rohmah."
"wis jaya rek. perjuangannya sudah berhasil", pujiku
"alhamdulillah, semua berkat doa temen2 dan atas ijin Allah"
dia menambahkan, "alhamdulillah bisa buat beli susu dan nyicil motor baru. bulan ini terakhir"
"gede banget ya gaji ar rohmah tu berarti" kataku ingin tahu
"bukan gaji yang besar tapi penghasilan. pemasukanku alhamdulillah banyak. aku berusaha memperbanyak pintu. dan yang paling besar adalah jasa les privat ngaji dan agama. jadi sekarang bisalah nabung sambil nyekolahkan 2 adik, ngirim ortu dan sedikit jajan."
"hebat ya mas Azzam. kapan rencana balik ke blora?".
"kalau berkunjung ya lebaran. tapi kalau untuk pulang kampung menetap di sana sepertinya tidak ada rencana. Di Blora saya tidak punya lahan kerja selain macul . di sana tidak menarik. di malang aku bisa mencari banyak peluang.dan seperti inilah aku sekarang di kota malang yang maju. aku belum ada keinginan untuk tinggal di blora."
"begitu ya. aku doakan aja. sukses selalu.". lalu kami berpisah.

aku bisa memahami ketika dia tidak mau balik ke kotanya, Blora.
adalah sebuah kewajaran karena kotanya belum menjanjikan apa-apa padanya.
di kotanya dia tidak punya kesempatan seperti di malang.
ngajar ngaji dan les agama di daerah perumahan di malang, sudah cukup bisa di pakai untuk makan dan jajan. kalau di tempatnya mungkin masih harus menjadi sukarelawan. ibadah katanya. ikhlas beramal sedang hidup tak hanya butuh amal sukarela tapi juga amal berhadiah. yang paling penting amal berpahala langsung alias dapat gaji berupa uang.

beberapa hari yang lalu aku melihat dia di sebuah sepeda motor di tepi jalan kampus.
nampaknya dia semakin terawat.

selamat berjuang sobat.
nikmatilah kebahagiaanmu
raihlah sukses yang lebih

fainna ma'al usri yusro

Senin, 10 Mei 2010

Papa

bicara tentang papa adalah sosok yang terobsesi dengan dunia teknologi terutama komputer/laptop/ponsel, internet dan mobil.
bahasannya tidak jauh-jauh dari itu.

segala suasana di ubahnya menjadi suasan diskusi perkembangan teknologi terbaru. ATAU kalau dia/kami sedang berbicara dengan orang awan dia seolah presentasi produk yang terkadang mirip guru TK membimbing muridnya.

aku pernah bertanya kenapa dia hobi sekali dengan hal-hal itu.
jawabannya singkat,"gak ada matinya"
aku diam dan menerima.

lain waktu aku tanya kenapa membicarakan hal-hal itu pada orang-orang tertentu yang masih gaptek, kayak aku, orangtuaku, ibu mertuaku, teman-teman gaptek kami dan masih banyak lagi.
dia jawab singkat juga'"biar pada gak gaptek"
aku protes, bukankah hal itu membuat orang pening dan bosan.
dia berkata singkat'"kalau gak suka pasti pergi atau kelihatan enggan"
dan memang bnyatanya lawan-lawan bicaranya pada betah kalaupun ada yang keliatan bpening dan bosen ya cuma aku.

bukan kenapa-kenapa sih, terlalu sering saja aku mendengar ceramah-ceramah ilmiah papa.
di mana-mana dan kapan saja, keluar terus ceramah-ceramahnya.

Mobil adalah yang paling sering.
bund mobil yang di depan itu harganya bla bla bla. merk A. 1 banding 14. irit lho.
Atau
bund yang baru lewat itu papa suka. ntar kita beli yang itu saja dulu. 
atau
bla bla bla..
.....
aku jadi seperti tak punya dunia lain. setiap kami dalam perjalanan dan berpapasan dengan mobil dia komentari. mulai merk, bensin, warna, bentuk, kekurangan dan kelebihan dia sebutkan semua.
awalnya aku merasa mendapat ilmu baru, tapi pada akhirnya...???????!!!!!???!!!
perjalanan dari rumah ibu di bojonegoro hingga ke malang selama tujuh jam tak pernah luput dari pembicaraan mobil ini karena begitu banyaknya mobil melintas.
ajangankan perjalanan panjang itu, jemput aku dari kampus ke rumah yang hanya 5 menit itupun penuh dengan aroma mobil.
capek deh...

mobil-mobil yang di pajang di "etalase" pinggir jalan selalu di komentari. dan sekarang sedang musim sepeda motor dan sepeda pancal yang ikut-ikutan nagkring di "etalase", memperkaya bahan ceramah papa.

***

kebiasaan papa itu kadang menimbulkan ketidak nyamanan dalam perjalanan ataupun kebersamaan kami. bukan papa, tapi aku yang merasa.
saat-saat bersama itu ku lewatkan hanya dengan menjadi pendengar setia.
dan malam minggu adalah puncak ketidaknyamanan itu. secara, aku telah mau meninggalkan bayiku di rumah dengan teteh, berharap mendapat suasana hangat yang dapat merefresh keharmonisan kami, e papa malah sibuk komen mobil ditambah lagi kesalahan kami dalam memilih tempat makan.

uhh malam minggu yang kelabu.

Abah

Aku memanggilnya Abah.
Nama dia sebenarnya adalah Bah....din.
Dia ku kenal semenjak kami sama-sama belajar di sebuah Madrasah Aliyah di daerah pesisir.
kalau orang menyebut Tanjung Kodok pasti akan tahu sekolah kami yang berada di satu kecamatan yaitu Paciran, Lamongan. tapi tempat ini telah berubah total beberapa tahun lalu. tanjuk kodok berubah menjadi Tanjung Kodok Beach Resort. Di sebelahnya dipercantik dengan tempat wisata modern yang megah bernama Wisata Bahari Lamongan (WBL) .

Tapi, bukan tempat wisata ini yang akan ku ceritakan, adalah temanku abahlah yang ternyata lebih membuatku terkesan.

Kemaren, minggu (9 mei 2010) aku berkunjung ke rumahnya di daerah Batu.
dari Malang aku berangkat jam delapan pagi. Sampai di Masjid At-taqwa Muhammadiyah aku berhenti sebentar. selain mau menelpon Abah menanyakan rute ke rumahnya, aku juga mau sedikit meregangkan otot bahuku yang terasa ngilu. maklumlah, kami pergi bertiga dengan sepeda motor. aku, Papa dan Dede.
Dede yang sudah 11 kilo itu terlelap dalam gendonganku selama perjalanan.

Menyusuri kota Batu yang padat kendaraan bermotor menambah kelelahanku.
aku ingin cepat-cepat sampai di jalur kecil menuju rumah Abah.
"tinggal 2 lampu merah lagi kita akan lewat perkampungan yang sejuk bund", Papa berkata.
"sejauh apakah?" kataku
"tuh keliatan di depan. satu lagi yang dekat belokan itu lho. keliatan gak?. tuhyang ada bis besar sedang belok" terangnya.
"lho kita putar arah ikut bis itu?"
"enggak, kita belok menuju jalan kecilnya. yang ke utara"
"ooo"

tak berapa lama, Papa sudah melajukan motornya ke arah utara. pemandangannya jauh berbeda. lebih sejuk dan lebih segar udaranya. kami mencari petunjuk menuju kawasan Pesantren International Al-Izzah. jalurnya mudah dicapai.

begitu menginjakkan kaki pertama kali di parkiran pesantren, karena Abah sudah menunggu disana, mataku disuguhi pemandangan alam yang memukau. jajaran pinus dan cemara seolah unta berbaris (begitu abah menganalogkan), serta burung-burung beterbangan yang oleh warga sekitar di sebut kapal runtuh (baca: paralayang), sekelompok pemuda yang sedang out bond di indahnya bukit-bukit di atas kami. Subhanallah, Engkaulah Yang Maha indah dan Menjadikan sesuatu Yang Indah. Semoga keindahan alamMu membuat Ketundukan dan keimanan kami bertambah. Amien.

Tapi, bukan tempat ini yang akan ku ceritakan, adalah temanku abahlah yang ternyata lebih membuatku terkesan.

Abah membimbing kami memasuki Gerbang samping Pesantren. menyilahkan kami masuk di ruang pertama dari deretan panjang gedung di samping gerbang itu. Sebuah ruangan kecil sederhana dengan satu kamar tidur, ruang tamu yang di beri tirai untuk difungsikan sebagai kamar tidur untuk adiknya, satu kamar mandi yang bersambung dengan dapur sempit. sebagai ganti ruang tamu, ruang sisa sebesar kasur lipat Dede ukuran 1 m x 1 m menjadi tempat kami mengobrol dan menikmati segarnya buah apel yang Abah sajikan.

Tapi sekali lagi, bukan tempatnya yang akan ku ceritakan, adalah temanku abahlah yang ternyata lebih membuatku terkesan.

aku teringat ketika di parkiran dia menyapaku, "lho aku kira bawa mobil"
"ah kamu bisa aja. emang mobil siapa mau di bawa?" jawabku.

Setelah lama kami mengobrol, barulah aku faham bahwa sebenarnya dia ingin mengabarkan tentang mobil barunya. dia sudah punya mobil ternyata. mobil barunya bukan mobil baru yang masih gress, melainkan mobil tahun 89 yang baru dia beli seharga 13,5 Juta.
dalam hatiku aku bersyukur entah kenapa. mungkin karena aku senang akhirnya dia berhasil merasakan sedikit kebahagiaan dunia yang jarang dia rasakan (entah, sepertinya sejak aku mengenalnya sering kabar kurang gembira tentang kehidupannya tersaji di hadapku).
aku tidak pernah sengsara, dan akupun tidak pernah kelaparan atau sengaja melaparkan diri dengan alasan apapun seperti yang dia lakukan tapi kini aku belum mampu beli mobil yang terjelek sekalipun. aku salut sama dia.

Tapi, bukan bagian ini yang akan ku ceritakan, adalah temanku abahlah yang ternyata lebih membuatku terkesan. Kegigihannya melawan ketidakadilan hidup, semangatnya untuk belajar dan belajar segala hal untuk mencapai kesuksesan, semangatnya membangun usaha silih berganti dan kemandiriannya. Itulah Abah, teman yang aku tak tahu seperti apa sebenarnya eratnya persahabatan yang kami jalin sejak di Madrasah.

Sudah lama aku tak bertemu dengannya. ya, sejak kelulusan itu. HP belum populer. dan kamipun tak saling menyimpan nomor agar bisa terus berhubungan nantinya. begitu juga teman kami yang lain. kami semua lost contacs.

hingga pada suatu ketika, aku lupa tahun berapa, mungkin 2003an, aku bertemu dengannya di malang.
Di Kampus Putih Universitas Muhammadiyah Malang(UMM).
aku kuliah di salah satu jurusan di situ, sedang Abah mengambil program D2 Bahasa Arab kerjasama AMCF dengan kampus putih.
kebetulan aku juga ada kelas bahasa arab yang lokasinya sama dengan gedung Abah.
"ingin memperdalam agama melalui bahasa Arab" katanya pada awal perjumpaan kami.
aku terpana. dia yang kukenal begitu kelihatan kurang anrusias di kelas sekarang justru belajar bahasa arab intensif.

pertemuan kami selanjutnya, dia mengisahkan perjalanan hidup sebelumnya. selepas madrasah Aliyah, dia hijrah ke Jogja. belajar di sebuah pesanteren secara gratis. sengaja memang. dia memilih tempat belajar yang gratis, berisi dan memberi fasilitas asrama.

"kalau urusan makan gampang. di sana murah-murah. tinggal beli nasi kucing seharga 500an dua bungkus sudah kenyang. atau pergi ke warung si Mbok yang menjual Nasi dan lauk hanya 1500 rupiah sepuasnya."

sepuasnya, iya memang sepuasnya, menurut dia uang seribu limaratus itu untuk sekali datang bukan sekali makan. artinya, pembeli boleh menambah dan mengambil lauk sepusnya, sebanyak yang dia inginkan.lauknya bisa ayam, tempe goreng, ikan asin, sayur mayur, menu kuah dan mie goreng.
tak percaya? aku mendapat penguatan dari salah seorang teman yang beberapa hari berikutnya ku kenal lewat teman Papa.

dia selalu nampak tersenyum ketika menceritakan semua kisahnya. hanya kadang-kadang saja dia nampak lesu ketika mengingat ibunya. dia ingin sekali berhasil dan membahagiakan ibunya.

Di Malang, dia tinggal dengan salah seorang teman kami yang kuliah Universitas Negeri Malang(UM). sebut saja Has. Gratisan lagi. dia hanya cukup menyediakan diri untuk selalu memasakan semua warga dalam satu rumah kontrakan yang berjumlah 5 orang itu.
Jarak dari kontrakan ke UMM adalah sekitar 45 menit perjalanan dengan angkot. biayanya Rp.2000,00. tapi tetap saja dia tak sanggup. untungnya dia punya sepeda (entah darimana asal sepeda ini aku lupa). jadi, dia pergi kuliah dengan sepeda pancal itu.
Entah kebaikan  Has yang mulai luntur atau memang dia yang bersikeras untuk mandiri, Abah memutuskan untuk pindah mencari tempat tinggal.
Yang ku dengar dia bisnis keripik. tepatnya dia membantu di usaha keripik dekat kosku di daerah margojoyo. menurutnya bossnya sangat baik, sampai urusan makan diperhatikan juga. Abah selalu di jatah makan di tempat Bosnya, padahal tidak begitu dengan karyawan yang lain. tetapi mereka sama-sama di beri tempat tinggal.
ketika bisnis keripik mulai surut, dan kuliahnya juga agak berantakan, dia mencoba bisnis baru silih berganti aku tak bisa menghitungnya. yang jelas hampir semua tak nampak hasilnya. pernah dia membuka kedai ikan bakar yang bahan bakunya dia ambil sendiri dari Paciran. Nelayan langsung karena keluarganya memang nelayan. mereka tinggal di kampung pinggir pantai. tapi, setelah satu bulan, tidak terdengar lagi gaungnya. dan dia beralih profesi.

aku kehilangan kontak lagi. hingga aku lulus dan menikah.
pada kehamilan ke 8 bulan aku mendapat telpon dari Abah. rupanya dia sudah punya HP. dia katakan kalau dia sudah menikah dan istinya hamil 9 bulan. akupun kaget.
kamipun janjian ketemu untuk memperkenalkan pasangan masing-masing. entah kenapa halangan selalu datang dan kamipun baru beretemu beberapa bulan berikutnya ketika anakku sudah berumur 8bulan dan anaknya 9 bulan. tepat seperti usia kehamilan kami waktu itu.

Abah sering menelpon. dari sekedar berkabar-kabari hingga menceritakan perkembangan terbaru pencapaian kami. tidak ada perubahan signifikan yang bisa aku ceritakan dibanding cerita perjalanan abah.
sebelum menikah dia sudah bekerja di pesantren. menjadi juru masak katanya. tetapi lama-lama dia mengatakan jika dia tidaklah sekedar kuli di sana.
bagaimana tidak, segala urusan rumah tangga dan pekerjaan kasar lainnya dia kerjakan semua.
Abah tidak terang-terang mengeluh. tapi setiap kalimatnya menyiratkan bahawa dia jenuh diperlakukan seperti itu. namun, di satu sisi, di belum bisa meninggalkan pesantren itu.
bukan karena gaji atau uang atau pekerjaan, tapi karena semangat mengabdinya yang tulus.
tanpa bekerja di situ (lagi), ku rasa dia sudah sanggup menhidupi keluarga dan adiknya. uang hasil keringatnya yang ia tanam untuk modal bisnis kecil-kecilan sudah menghasilkan.
mulai berdagang Jilbab, baju dan mukena hingga beternak bebek. dia juga investasi di bidang lain di usaha teman-temannya yang maju. alhasil dia bisa membeli sepeda motor dan mobil walaupun semuanya bekas dan tua.
tapi aku tetap kagum. itu adalah keringatnya yang telah menjadi motor dan mobil. dan mungkin tabungannya juga berlebih saat ini mengingat dari Bebek saja dia menerima keuntungan bersih 500ribu sebulan, belum usaha yang lain.

itulah Abah, teman lama yang kutemui kembali dengan wajah yang masih selalu berhias senyum.
dengan kata -kata yang selalu menyusun kalimat semangat penuh keyakinan.
dengan mengumbar ide-ide enterpreneur yang ingin dia jalankan.
dengan masa depan cerah yang dia dambakan.

Abah adalah salah satu manusia yang beruntung karena naluri bisnisnya selalu jalan.
"otak bisnisnya hidup euy', puji Papa selalu terhadap kegigihan abah selama ini.

Selamat sobat atas keberhasilan dan pencapaianmu.
semoga keinginanmu untuk kembali kuliah (pengen ke Yaman) terkabul.
Pertolonagn Allah untuk Mu

NB : bulan april 2011 lalu saya mendapat kunjungan istimewa dari Abah dan mobil baru serta baby keduanya. Subhanallah