Rabu, 12 Mei 2010

Azzam

Azzam yang ini bukanlah seorang tokoh dalam sebuah novel.
Dia bukan Khoirul Azzam yang di Ketika Cinta Bertasbih
Azzam ynag ini adalah teman yang ku kenal ketika menempuh kuliah S1 dulu.
Dia adalah Muhammad Azzam

Perjalanan hidupnya begitu berliku.
Perjuangannya untuk bisa kuliah dan menyelesaikan studinya patut di acungi jempol.
kesederhanaan dalam hidup perlu ditiru
Semangat kemandiriannya membara

Sekilas alur cerita kehidupan  kedua Azzam ini nampak sama.
Demi mencapai masa depan cerah mereka memberanikan diri untuk kuliah walaupun resikonya harus mencari biaya sendiri
Demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta keperluan kuliah mereka mau melakukan apapun asal menghasilkan uang dan halal.
Demi membantu keluarga di kampung serta menyekolahkan adik2nya mereka bekerja lebih tekun, lebih sering hingga kuliahnya tertunda dan menjadi mahasiswa abadi di kampus masing-masing.

Bedanya, M Azzam memboyong serta adik-adiknya ke malang untuk diajari berbisnis dan di sekolahkan. Alasannya, karena semua adiknya laki-laki dan masih usia SD dan SMP, supaya belajar mandiri dari kecil dan mengenal kehidupan di peradaban yang lebih maju.
maklum, M Azzam berasal dari kota kecil Blora, Jawa tengah.
Setali tiga uang dengan kota asalku, Bojonegoro kota Ledre yang masih belum terdengar gaungnya.

K. Azzam tidak membawa serta adiknya ke mesir. bisa di maklumi karena biaya ke mesir mahal. apalagi di rumah ibunya tidak ada teman. bapaknya sudah meninggal. selain itu, K Azzam tidak ingin keluarganya melihat betapa sulit kehidupan yang dia jalani. Pun, dia tak ingin mereka bersedih melihat perjuangannya mendapat uang demi keluarga.

Dalam hal mencari jodoh mungkin ada samanya.
mereka sama-sama sering ditolak oleh keluarga perempuan karena status mahasiswa abadinya, pekerjaannya dan latar belakang keluarganya.
Namun, bak drama sinetron akhirnya keduanya mendapat pasangan dengan cerita yang hampir sama.
bedanya, M Azzam dapat perawan ting ting yang belum nikah, bukan janda suci.

K Azzam di Mesir berjualan tempe, bakso dan aneka makanan lain sesuai pesanan pelanggan.
M. Azzam di Malang berjualan telur asin, kerupuk, mengajar ngaji, dan pekerjaan lain yang diminta orang.
Hasil yang mereka dapatlah yang menjadi tumpuan hidup mereka, mulai urusan makan hingga kuliah dan menyekolahkan adiknya. 

Kenapa M Azzam ku tulis di sini, aku hanya share saja. siapa tahu dapat menginspirasi.
di tahun-tahun pertama kuliah aku melihat betapa dia sangat memprihatinkan.
Memprihatinkan, setidaknya itu yang ku nilai dengan lebih dulu membandingkan dengan kehidupanku.
Aku tidak berlebih, tapi waktu itu aku sedikit di atasnya karena segala yang kubutuhkan di penuhi ortu walau dengan jumlah yang pas-pasan. aku bersyukur tidak harus bersusah-susah bekerja dikala jam kuliah usai.

Akhirnya dia sukses (baca: tidak memprihatinkan lagi, sedikit mampu) mungkin itu masih di tahun kedua atau ketiga kuliah. namun, yang membuatku tidak mengerti dari sekarang adalah musibah yang dia alami pada tahun keempat. Di DO alias dikeluarkan. walaupun bukan DO dari kampus, tetap saja itu berpengaruh pada kredibilitasnya. dia memang hanya dikeluarkan dari program beasiswa tapi menurutku itu tak adil karena solusi yang diambil tidak pas. aku hanya bisa sedih. dan akupun belum faham betul masalahnya.

banyak cerita dan kisah seputar itu. aku tak pernah tahu hingga sekarang.
Ada yang mengatakan dia bermasalah dengan seorang pegawai tetap kampus sehingga dia dikeluarkan walaupun kesalahan terletak pada pegawai itu.
Ada yang mengatakan dia mempunyai kesalahan lain yang fatal.
entahlah, aku tidak tahu.
sejak tahun ketiga perkuliahan aku sudah jarang bertemu. tidak tahu perkembangan kisahnya hingga musibah itu datang.

setahun yang lalu ketika aku hamil tua, aku bertemu dengannya. anaknya sudah hampir berjalan.
mungkin usia 1 tahun. perempuan. cantik. begitu jug a istrinya. Dia masihberjualan telur asin dan krupuk. tapi kini dia sudah mengendarai sepeda motor tua warna merah. mungkin keluaran 70 atau 80an.
dia bercerita bahwa bisnisnya maju pesat. Jilbab, baju, mukena dan segala pekerjaan lain. dia mampu mengumpulkan jutaan tiap bulannya. Sayang, kuliahnya belum lulus.

beberapa bulan lalu setelah anakku lahir, aku kebetulan bertemu dengannya.
dandanannya berubah. ada sepasang sepatu mengkilap, dasi menggantung, kemeja yang licin tanda di setrika dan wajah yang lebih cerah terurus.
"aku sekarang guru", ujarnya
"wah selamat. pantesan kok lain. kirain udah jadi direktur. guru dimana", jawabku
"di Ar rohmah."
"wis jaya rek. perjuangannya sudah berhasil", pujiku
"alhamdulillah, semua berkat doa temen2 dan atas ijin Allah"
dia menambahkan, "alhamdulillah bisa buat beli susu dan nyicil motor baru. bulan ini terakhir"
"gede banget ya gaji ar rohmah tu berarti" kataku ingin tahu
"bukan gaji yang besar tapi penghasilan. pemasukanku alhamdulillah banyak. aku berusaha memperbanyak pintu. dan yang paling besar adalah jasa les privat ngaji dan agama. jadi sekarang bisalah nabung sambil nyekolahkan 2 adik, ngirim ortu dan sedikit jajan."
"hebat ya mas Azzam. kapan rencana balik ke blora?".
"kalau berkunjung ya lebaran. tapi kalau untuk pulang kampung menetap di sana sepertinya tidak ada rencana. Di Blora saya tidak punya lahan kerja selain macul . di sana tidak menarik. di malang aku bisa mencari banyak peluang.dan seperti inilah aku sekarang di kota malang yang maju. aku belum ada keinginan untuk tinggal di blora."
"begitu ya. aku doakan aja. sukses selalu.". lalu kami berpisah.

aku bisa memahami ketika dia tidak mau balik ke kotanya, Blora.
adalah sebuah kewajaran karena kotanya belum menjanjikan apa-apa padanya.
di kotanya dia tidak punya kesempatan seperti di malang.
ngajar ngaji dan les agama di daerah perumahan di malang, sudah cukup bisa di pakai untuk makan dan jajan. kalau di tempatnya mungkin masih harus menjadi sukarelawan. ibadah katanya. ikhlas beramal sedang hidup tak hanya butuh amal sukarela tapi juga amal berhadiah. yang paling penting amal berpahala langsung alias dapat gaji berupa uang.

beberapa hari yang lalu aku melihat dia di sebuah sepeda motor di tepi jalan kampus.
nampaknya dia semakin terawat.

selamat berjuang sobat.
nikmatilah kebahagiaanmu
raihlah sukses yang lebih

fainna ma'al usri yusro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar dengan sopan, cerdas dan jelas.
terima kasih