Sabtu, 04 September 2010

Mentolo (baca: tega)

Saat ini aku sedang di tempat kerja.
Suasana liburan sudah terasa.
Sepi dan malas-malasan apalagi memang sedang tidak ada pekerjaan berarti kecuali rutinitas.
pumpung sepi aku duduk saja bersantai-santai di mejaku sambil mengutak atik komputer.
Seorang teman lama datang menghampiriku.
Surprise! Dia sudah berbadan dua lagi.
Selamat! Itu adalah kata pertama yang kuucapkan setelah dia menyapaku duluan sambil menunjukkan perutnya yang mulai membuncit.
Aku tertohok ketika dalam perbincangan kami selanjutnya dia mengatakan bahwa betapa mentolonya (baca: teganya) aku meninggalkan anakkudi penitipan bayi.
dia mulai memberiku petuah-petuah yang aku sendiri sudah aku hafal sendiri dari beberapa tulisan.

masa golden age itu mother touchlah yang lebih berarti. kamu kok tega sih memisahkan anak dari ibunya. resikonya besar lho nanti. 

aku tertohok.

seolah terdakwa yang dijatuhi vonis berat aku merasa sedih dan jantungku serasa berhenti berdegup atau justru berdegup lebih kencang? aku gundah.
aku mulai ngawur memberi komentar yang justru menambah berat hukumanku.

golden age, mother touch dan perhatian itu setelah ASI eksklusif kan gak harus 24 jam full

Bodoh!
Sungguh komentar yang bodoh!

ha?!?! gak perlu 24 jam? kan ibulah penentu kejiwaan dan masa depan anaknya. everything just mother bukan sembarang perempuan. baby sitter di penitipan sebaik apapun dan seperhatian apapun tak bisa mengalahkan sayang ibu dan betapa amannya anak dekat dengan ibunya.

Aku mulai semakin menyadari kebodohanku yang menikam.

yah yang jelas aku melakukan tidak sembarangan nitip lah. semua keputusan sudah dipikir plus minusnya. dan aku sudah pikirkan itu masak-masak. doanya saja. semoga kamu sukses menjadi madrasah (baca: sekolah) buat anakmu kelak di masa golden age.


Mungkin, dengan melihat kebodohan itu akhirnya dia berlalu  setelah menutup khutbahnya dengan doa 

semoga tidak terjadi apa-apa atas pilihanmu ini.

Dan akupun hanya diam.
menatapnya hingga tak terlihat lagi oleh pandanganku.



Point di hati: ADalah sebuah pilihan berat ketika memutuskan untuk bekerja di luar sedangkan kau mempunyai anak kecil. Pasti akan melalui sebuah debat panjang yang melelahkan tak berkesudahan dengan hatimu sendiri. dan kaupun mencoba untuk kuat dengan bertopang seribu harapan indah untuk masa depan. Apakah masih perlu di vonis? apakah kepulan dapur itu tergantung orang lain?????????