Rabu, 02 Juni 2010

Suporter dan Kemacetan, Arrrrgggghhhhhh

Jalanan tak ubahnya lautan biru
syal yang melambai bak nyiur di tepi pantai
seperti ombak, merangsek ke tepi lalu kembali ke tengah
nyanyiannya seumpama air yang menghantam karang
tapi aku tak terhibur dengan laut sebagaimana biasanya aku menjadi tenang berada di tepiannya


Stop! Cukup!
Aku tidak ingin bermanis-manis saat ini
aku sedang kesal bukan kepalang

you know what i mean kan?
ya, benar!
SUPORTER BOLA.

Aku kesal berhari - hari terjebak dalam lautan biru manusia yang menyebalkan.
in other side aku bahagia dan bangga juga karena 2 tim jagoanku; Arema dan Persibo, menang semua.
tapi aku tidak akan melakukan hal yang menyengsarakan untuk bereuforia merayakan kemenangan itu. jelas Pilihan yang salah menyengsarakan orang lain dan seakan menggorok leher sendiri.

bayangkan, di antara lautan manusia itu adalah anak-anak kecil dan remaja-remaja yang dari penampakannya tergambar sebagai pengangguran, tidak sekolah atau yang masih pintar morotin dompet orang tua.
mereka dengan bangganya berkendara tanpa helm, dengan teriakan deru mesin motor yang memekakkan gendang telinga, memenuhi badan jalan, merokok, berteriak sambil sesekali berkata kotor kepada apapun yang mengingatkan mereka pada suporter lawan. Astaghfirullah.

selain itu, banyak juga pasangan muda atau bahkan tua dengan membawa anak-anak kecil, cucu mungil bahkan bayi merahnya. apa gak mikir asap motor yang segitu banyak yang sebagian besar warnanya hitam-hitam itu sangat tidak baik?

Aku tidak bisa melarang orang lain untuk berekspresi sesuai inginku.
tapi aku hanya ingin agar siapapun dapat berpikir dan bertindak yang lebih bijak.
bukankah berkali-kali hal semacam itu membawa korban, kenapa harus diulangi terus?

Di televisi, aku sering pula mendapatkan suguhan 'peperangan' antar suporter bahkan pemain dan pelatihnya. belum lagi 'perang-perang' lain di kantor dewan atau sejenisnya dan penggusuran. makanya, aku tidak nonton berita lagi. aku capek dengan segala bentuk peperangan. aku tidak ingin melihat dan merasakannya.

pilihanku jatuh pada acara jalan-jalan keliling sama Papa dan Dede sekalian boboin dede atau sekedar beli kudapan. hanya itu. tapi, sudah 2 minggu ini aku terus -terusan di buat mangkel oleh ulah mereka.
bukan refresh yang ku dapat tapi malah stress dan pening.
Papa sudah berusaha minggir kemudian mencari jalan-jalan tikus. e masih saja ketemu mereka.
Sebel!
berjodohkah???????


NB:
anak-anak kecil di sekitar rumah tiap sore juga pada konvoi naik sepeda pancal dengan atribut lengkap. siapa yang koordinatori? ortunya? who knows!
yang jelas seperti lautan biru tadi, hanya satu kalimat yang mereka ucapkan PerS*b*Y* J*nC*k.

Selasa, 01 Juni 2010

andai aaa......

akhir -akhir ini kami; aku dan papa, makin sering menyanyikan lagu jadulnya Oppie Andaresta "andai aaaku punya .... aku akan ..."

saat ini kami sudah ingin sekali punya rumah sendiri.
selama ini kami masih mengontrak rumah.
kata teman-teman terlalu tergesa-gesa dan mekso keinginan kami itu.
menurut mereka, pasangan seperti kami masih di bilang belum saatnya, katanya masih muda.
waktu masih panjang. apalagi kami baru 3,5 tahun menikah.

" jangan kau dengar..." kata BCL dalam salah satu lagunya.
ya! jangan kau dengar. menurutku.
kenapa harus menunggu menjadi pasangan tua dulu untuk mempunyai rumah dan hidup mapan.
bukankah semua yang kita usahakan itu untuk menikmati kebahagiaan dan kemapanan, so what gitu loh??

Aku ingin semua yang kurencanakan berhasil dan menjadi nyata sesuai harapanku. (semoga Allah selalu mengabulkan inginku. amin.)
Lulus sekolah kemudian kuliah (walau kuliahku tidak berjalan sesuai harapanku. aku harus mengikuti mau bapakku untuk kuliah di tempat pilihannya) lalu menikah.
On time. sesuai rencana.
papa datang di saat yang tepat. Hadir di waktu aku sedang membuka "lowongan" mengingat aku sudah mau wisuda. itu ada dalam rentetan target-target duniawi yang ku jadwalkan.

Untuk masalah kerja, itu mudah saja, mengalir bersama mengiringi rencana-rencanaku yang lain.
toh, aku juga sudah punya kerjaan walau ecek-ecek. tidak apa sebagai permulaan. dan sekarang semakin terbuka jalan dan hasil juga lumayan.

I have a baby. Alhamdulillah. aku menginginkannya tapi tidak bisa memprediksinya. tapi aku selalu mensyukuri kedatangannya yang tiba-tiba itu. sekaligus bangga.

now, dede 11 bulan 3 minggu, boleh kan memikirkan rumah?
aku rasa hidupku sudah lumayan lengkap, suami dan anak, penghasilan tetap dari papa he heh he.
makanya, akan lebih lengkap dengan adanya rumah pribadi dan pribadi yang lain.
kenapa ada yang protes???????

aku yakin papa bisa.

Papa pernah mengatakan bahawa target papa untuk punya rumah 4 tahun.
aku perjelas ke papa soalnya masih samar banget.
Apakah 4 tahun dari papa ngomong yang artinya tahun 2014.
atau 4 tahunnya dede sekalian jadi hadiah ultah, itu berarti juga 2014.
atau 4 tahun perkawinan kami.

Papa malah balik bertanya, "ibund maunya yang mana?"

langsung saja ku jawab perkawinan karena itu yang tercepat.
kami menikah 2007 akhir. akhir tahun ini genap tiga tahun. so tahun depan aku dapat rumah.
gak pake lama alias gpl nunggunya.

bukan apa-apa. bukan bermaksud menyiksa papa, tetapi memacu papa agar lebih semangat mewujudkan rumah impian kami.
itu saja.

kata papa" kita harus mempunyai motivasi tinggi dan sedikit muluk untuk meraih impian agar semangat tetap terjaga"