Kamis, 26 Agustus 2010

Om Lamin

Sewaktu SD dulu, aku sering ketakutan ketika melihat sesosok laki-laki dengan mata hampir lengket tak bisa melek itu datang ke rumah.
Bapak saya bilang jangan takut, dia orang baik, suka memijat bapak kalau bapak capek.
Tapi tetap saja aku  masih ketakutan karena nampak seram dalam penglihatanku sebagai gadis kecil walaupun bapak sudah bilang bahwa itu namanya Om Lamin.

Ketika Aku SMP, aku mulai bisa menerima kehadirannya. akupun bersedia menghidangkan teh dan kue serta meletakkannya di meja terdekat. Bapak nantinya yang membantunya mengambil.
banyak hal dia bicarakan. aku menganggapnya sebagai strategi pemasaran agar pelanggan puas.

namun, setelah aku SMA, aku mulai memahami dari sudut yang lain.
aku merasa bahwa sikap supel dan "cerewetnya" itu adalah sebuah pembuktian diri bahwa dia adalah tunanetra yang punya prinsip, punya pengalaman dan punya kecerdasan serta ilmu yang bisa disejajarkan dengan orang bermata normal.

Pernah suatu kali ketika aku liburan sekolah dan hanya dirumah menemani ibu mendengar radio, aku mendapat informasi baru. Sang Penyiar bersuara merdu itu adalah Si Tukang Pijat Tuna Netra yang kutakuti sewaktu SD dulu.
WAlau radio itu adalah radio amatir desa yang frekuensinya hanya bisa terderngar di satu kampungku saja, aku tetep saja salut sama dia.
bagaimana tidak, dia itu menurut cerita warga, menggunakan alat sederhana buatannya sendiri. entah kebenarannya, aku tidak pernah kroscek.
tapi aku salut dan terlecut.
terlecut karena aku tidak sekreatif dia.

Setelah itu, aku berani mengobrol dengan dia.
membicarakan banyak hal, apa saja yang dia utarakan.

setiap lebaran tiba, dia selalu menyempatkan diri datang ke rumah.

ke pak kyai yo kedah sowan rumiyin, pun sampek keliwatan

begitu kalimat yang selalu ku dengar ketika dia datang lebaran. Kyai?? bapakku seorang guru agama di SD. itu saja.

biasane diparingi maem lo pak kyai
atau
kulo dereng disangoni pak kyai

 begitu kalimat lain yang ku hafal ketika  dia sudah lama duduk dan belum disilahkan makan dan kalimat pamungkasnya ketika sudah pamit tapi amplop belum diselipkan dikantongnya.
dan setelah itu dia kan bilang, "nanti malam saya akan kesisi mijit pak kyai. gratis!"

Semenjak aku menikah dengan Papa, setiap berkunjung ke rumah bapak, papa selalu ketagihan pijatan om lamin.
Menyadari bahwa aku dan papa tinggal di Malang, om lamin ingin sekali di carikan al quran braille yang konon adanya hanya di malang.
setelah 3 tahun lamanya, tak jua ku dapatkan info quran braille.
dia tidak menagih, tapi terus mengatakan impiannya.
 alhamdulillah kemaren setelah Ngaskus  aku mendapatkan info tentang al qur an braille dan sudah ku kroscek di komunitas sahabat mata.

Aku berusaha untuk mendaftar dan menunggu hasilnya.
doakan semoga Om lamin mendapat bantuan Al Quran Braille ini

Senin, 23 Agustus 2010

Puasa dan Lebaran

Puasa dan Lebaran.
Intinya, kalau puasa itu ya memperbanyak ibadah dan fokus untuk berbuat lebih baik sebagai bekal menuju 11 bulan berikutnya ke ramadhan lagi. Ramadhan harusnya tidak meributkan masakan-masakan istimewa, pakaian baru dan kue-kue lebaran serta berburu tiket.
Sedangkan Lebaran, ya merayakan suka cita setelah kembali fitri diuji selama ramadhan. Siap mengamalkan hasil diklat 1 bulan ramadhan.
Aku tidak ingin diributkan dan direpotkan oleh urusan itu. aku hanya ingin semua berjalan normal seperti biasa untuk hal selain ibadah.

Adalah boleh - boleh saja sesekali mengistimekan masakan
Adalah boleh-boleh saja membeli baju
adalah boleh-boleh saja menyiapkan kue dan berburu tiket
tapi...
bisakah porsi itu tidak diutamakan???????????
bisakah ini menjadi "seperti biasanya" di saat sekitar menuntut itu????????????
bisakah mudik diabaikan disaat kesempatan untuk bertemu keluarga hanyalah di moment ini??????????