Sabtu, 23 Juni 2012

Bersedihkan Si Adek Mikael???

Assalamu 'alaikum
Setelah sekian lama, akhirnya mampu menulis kembali. Bertahan sampai kapan? Entahlah.

Waktunya curhat.

Hari ini adalah hari ke-39 meninggalnya mbah Tiwar depan rumah yang begitu baik pada kami terutama ke anak kami; Mikael.

Sejak hari meninggalnya, kami sudah memberikan penjelasan kepada anak kami bahwa Si mbah sudah meninggal. Meninggal itu tidak bernafas, tidak bisa bergerak, jalan dan makan lagi. Seperti orang tidur tapi tidak bisa bangun lagi. dan kalau meninggal harus dimakamkan.

"Apa itu" tanyanya dengan wajah polos.
"dimakamkan itu dibobokkan dalam tanah", jawabku.
"jangan! kasihan. nanti kalau ada cacing sama semut. suruh bobok di kamar saja",  katanya sambil memainkan mobil mainannya.
Dan saya hanya bisa diam.

Setelah hari itu, tidak sekalipun dia menanyakan. Dia terkadang hanya berkata sendiri kalau si Mbah sedang belanja dan akan tiba sebentar lagi.
lagi-lagi saya hanya diam.

Tingkah lainnya, dia sering berlari dari rumah menuju rumah Mbah dan langsung melongok ke kamarnya. Tanpa kata. Hanya melongok saja. Hingga hari ke-7 Dia masih sering melakukannya dan setelah itu seperti kelihatan normal saja tanpa ada tanda-tanda mencari atau teringat dengan sosoknya.

Tiga hari kemaren, saya duduk di teras rumah sambil menjaga warung Mbah Tiwar yang sekarang diteruskan oleh suaminya, Mbah Slamet. Mbah Slamet sedang ada perlu mendadak. beliau mengeluarkan sepeda pancalnya dan bersegera mengayuhnya. Tiba-tiba Si Mikael nyeletuk, "cepetan mbah pergi jemput mbah Tiwarnya". Endingnya Mbah Slamet langsung menghentikan kayuhanya dan terduduk di sisi Mikael sambil menangis tersedu. Dan Saya hanya sibuk memeluk anak saya karena tidak tahu apa yang harus saya lakukan.

Besuknya, Saya dan Mikael pergi ke sebuah perumahan yang lokasinya agak tinggi dari daerah kami. Pemandangannya bagus, jalannya luas dengan taman yang asri. Saban minggu pagi menjadi langganan warga untuk sekedar jalan-jalan atau berolahraga di situ. Hari itu saya mengajaknya kesana untuk bermain bola setelah dua bulan absen tidak datang ke tempat itu. Senang melihat dia bebas berlari dan menendang bola. Tak berapa lama dia nyeletuk, "Bunda Mbahnya jangan bobok di situ. jangan di kubur-kubur", sambil menunjuk ke arah barat yang memang adalah makam.

Saya kaget sekali. Darimana dia tahu bahwa itu adalah makam. darimana dia tahu kalau Mbah dimakamkan di sana. Saya yang masih syok langsung membawanya pulang. Perlu diketahui saya tahu bahwa di sana terdapat makam tapi tidak tahu bahwa di sanalah Mbah dimakamkan.

Sesampainya di rumah saya ceritakan ke mbah Slamet. dan ternyata lokasinya benar. Lagi-lagi mbah Slamet menangis dan lagi-lagi saya hanya bisa diam.

Besuknya lagi, kami bermain di rumah. Belajar membuat bentuk dari bahan semacam adonan kue (gak tahu apa istilahnya). setelah membuat bentuk wajah papa, saya dan beberapa temannya dia mulai membuat wajah Mbahnya. Katanya si Mbah sedang bobok jadi matanya ditutup. Saya diam lagi.

 "nanti suruh mbah bobok di kamar aja ya bunda". Saya peluk dia sepenuh ahti saya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar dengan sopan, cerdas dan jelas.
terima kasih