Jumat, 01 April 2011

Bisakah ini di sebut Child Abuse atau bullying?

Kamis, 31 Maret 2001.

Pukul 16.00 wib
Baru setengah jam di rumah setelah ngantor dan Si Dede sekolah.
Aku dan Dede sedang asyik nonton Thomas & His Friends ketika tiba-tiba:
Dede:  uuuu....aaaa...aaakiit....(menangis kencang)
Aku:  Kenapa? apanya yang sakit De?
Dede: Aaakit Ke-na.. L*v*n sama a-z*ng (2 teman di sekolahnya, yang terakhir adalah az*m karena belum bisa mengucapkan akhiran m jadi ng)
Aku: Kok kena L*v*n sama Az*m?Lo tadi di sekolah main apa sama mereka? (sambil periksa sekujur badan barangkali ada yang luka, ternyata ada goresan dan lebam di sikut kanan)

Pukul 17.30 wib
Papa datang dengan temannya.
Dede : pa... Akiit. Dede akit
Papa : kenapa? Mana yang sakit?
Dede : (menunjukkan lengan kanannya) Kena L*v*n sa-ma Az*m
papa : Sini papa Obatin (sambil membubuhkan betadin)
Dede : (duduk sambil niupin lukanya)

Pukul. 18.30 wib
Biasanya sudah tidur. Hari ini jam segini masih terjaga.
Agak rewel dan caper abizz

Pukul 19.30 wib
Di depan TV, tiduran sama aku sambil nonton.
Susu sudah mulai di kenyot, baru sedikit botol di taruh.
Guling-guling bentar lalu terlelap sudah


Pukul Setengah 11 malam.
Terbangun. Diikuti tangisan setelahnya, "Aaaa akit bunda...aaakiiit... kena ...(sebut nama teman)"
Di puk-puk pantatnya sambil diberi dot akhirnya bobo lagi

Pukul 00.00 wib menuju tanggal 1 April 2011
Aku amati dari terakhir bangun tidurnya jadi tidak nyenyak.
Guling sana guling sini.
mengigau. a-kit. bun-da bun-da. Sambil meringik-ringik.
Aku sentuh dahinya, Ya Allah! Demam tapi tidak begitu panas.
batuk semakin sering. Aku jadi curiga bahwa dia akan muntah.

Pukul 01.20 wib
bun-da....bun-da... (dengan suara serak seperti menahan sakit)
uhuk uhuk uhuk hoooeeeekkkkkkk hooooeeeeekkk (batuk disertai muntah)

Setelah selesai dengan "ritual"nya, kami pindah ke kamar sebelah karena kondisi ranjang di kamar yang tidak mungkin untuk dipakai lagi. tapi si Dede menolak. Memilih Di depan TV. Masih terus menangis.
Aku: Bajunya dibuka ya? ganti pampers, mau?
Dede : menganggukkan kepala dengan tangisan masih terdengar
Aku: melepaskan baju dan celananya. pakai pampers yang baru ya, yang ini dibuang, misi de...
Dede : menangis kencang. (mau ... mau...mau.. sambil geleng kepala yang artinya tidak mau.)
Aku : lo kok gak mau
papa : ayo pake dulu nanti kalao gak pake ngompol disini lo. kalo ngompol kasurnya basah bobo dimana, kan yang dikamar udah basah juga kena muntah. ayo pake...
Dede : terus geleng kepala sambil menangis lebih keras. andi... andi... De-de andi... hiii hiii (sambil nunjuk kearah belakang
Aku : apa sih?
PApa : Mandi?
Dede : iya (dengan muka bahagia dijawab tegas dengan tangisan yang terhenti seketika)
Aku : dingin de. nanti sakit lo
papa : sini papa lap aja pake handuk
Dede : ( tetep nangis minta mandi)

Akhirnya daripada tambah kenceng nangisnya kami bawa si Dede ke kamar mandi. Aku ambilkan air segayung ketika papa sedang merebus air di dapur.
You know What? Si dede langsung membersihkan dirinya sendiri. mengambil sedikit air dari gayung dengan tangan mungilnya lalau diusapkan ke muka, lalu dia bersihkan hidungnya, kemudian lengan dan kakinya. terakhir mintat sabun dan di siram air.
hadeuuuhhh kan air panasnya belum jadi de?????
menangsi kencang lagi ketika tidak boleh nyiram.
Akhirnya air papa selesai dan jadilah air hangat itu tersedia di dalam baknya. lalu dia mengulangi proses mandi itu sekali lagi lalu minta handuk dan akhirnya sukses pake pampers dan baju tanpa protes.
Ya Allah terimakasih telah Kau berikan hidayahMu pada anakku.
berilah dia kesehatan dan kebahagiaan lahir batin
jadikan dia JundiMu yang soleh, cerdas fikir dan dzikirnya.
Amin.


Hampir jam 3 pagi
Masih nonton sambil mimik susu.
Aku sudah tidak kuat nemenin, begitu juga Papa. dan kami terlelap begitu saja.
bangun- bangun sudah Adzan subuh si dede bobo di sebelah sambil masih ngemut dotnya.

Pukul 08.00 wib
Setelah bangun dan minta jalan-jalan dan menangis sekali di saat Papa berangkat. Si dede tidak menangis lagi hingga berangkat sekolah dan setibanya di sekolah. Alhamdulilah.
Wawancara sama gurunya dengan menceritakan rangkaian di atas, jawabannya selalu sama dengan pertanyaan dengan kejadian berbeda yang menimpa dede "biasa anak-anak kan begitu bu. suka rebutan, kadang gak nyambung ngomongnya jadi bertengkar. kalau jatuh kemaren dia jatuh sendiri, lari-lari langsung jatuh. lagian mikael kan anaknya aktif sekali bu"

Tidak bisakah jawaban itu lebih profesional?
Tidak bisakah mereka juga belajar dari setiap kejadian-kejadian itu?
tidakkah itu berpeluang menjadi child abuse atau bullying di sekolah?

3 komentar:

  1. Hmmm... sy akan mencoba menjelaskan berkaitan dengan profesi saya sebagai tenaga pengajar ya mba...

    kalo dari cerita diatas, sepertinya dede tidak masuk ke kategori bullying deh... karena bullying itu penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok, sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya.

    Tapi bisa termasuk dalam child abuse tapi lebih masuk ke kategori kelalaian penelantaran / neglect. Karena child abuse itu Kekerasan pada anak dan penelantaran (neglect) akibat kurangnya interaksi antara anggota keluarga (dalam kasus ini antara guru-murid) yang mengakibatkan perlukaan yang disengaja terhadap kondisi fisik dan emosi anak.

    Tapi kalo dibilang sengaja, saya rasa gurunya gak niat begitu ya... kan harus dilihat juga 1 kelas terdiri dari berapa puluh anak dan tenaga pengajar.
    Sejak tahun 2000 sudah ada penelitian/ketetetapan terbaru aktifitas murid disekolah yang baik dan benar adalah setiap 6 murid ditangani oleh 1 guru. Jadi kalau terjadi hal-hal seperti Dede diatas, guru bisa mengambil tindakan pencegahan.

    :) Mungkin gurunya itu kesibukkan oleh tugas2nya dan muridnya terlampau banyak, sehingga berkesan dia kayaknya ignorant banget sama si Dede..

    Moga2 lukanya cepet sembuh ya Dede :)

    BalasHapus
  2. terimakasih banyak infonya.
    ya mungkin saya juga terbawa emosi ya mbak. apalgi setelah berkali -kali melihat ada beberapa guru disitu yg punya balita seumuran anak saya atau dibawahnya dan dibawa ke skul (mungkin bayar juga, sy gak tau pasti) dan perlakuannya beda banget. kalau anaknya yg dijahilin dia langsung peluk anaknya dan menunjukkan ekspresi tidak baik ke anak yg jahil itu. atau kalau anaknya ingusan, betapa dia stand by betul jangan sampai anaknya dekil, kalau murid lain mah untung2an, nunggu mood kali ya.

    ah dilema, disatu sisi cukup membantu, disatu sisi sangat membuat ketar ketir ati.
    Dede oh Dede
    TPA oh TPA

    BalasHapus
  3. saya pernah diskusi dengan seorang yg saya anggap agamis dan dewasa dia bilang "manusiawi itu. tidak mungkin bisa secara nalar manusia menyamakan anaknya dengan orang lain dan menyamakan anak lain dengan anak sendiri."
    aku tidak setuju pernyataan ini karena TPA kan jual jasa dan jelas peruntukannya adalah sebagai sarana penitipan edukatif dan rekreatif bukan panti gratisan yg bisa diperlakukan dengan kurang baik.

    BalasHapus

silahkan berkomentar dengan sopan, cerdas dan jelas.
terima kasih