Senin, 14 Juni 2010

Sertifikasi

Sertifikasi.

Dari dulu aku tidak pernah setuju dengan sertifikasi.
Apa Sebab?
Karena Guru adalah (kebayakan) generasi tua yang mungkin ilmu keguruannya sudah out of date. maksud saya bukan pengetahuan dan penguasaan akan bahan ajarnya yang kadaluarsa, namun metode dan tekniknya.
Lihat saja, Guru-guru kelompok tua yang sudah mau pensiun (ada juga guru muda dari universitas pinggiran dan ecek-ecek yang banyak bertebaran di daerah) mereka tidak punya informasi cukup terhadap perkembangan dunia pendidikan terbaru.
Kalaupun mendengar hanya sebatas kulitnya saja.
kalaupun ada pelatihan ya di latih saja dengan format minimalis. pokoknya sudah di latih.
( itu kata temenku yang mengabdi di sebuah pelosok. tapi di akhir acara mereka harus membuat tugas yang ribet betul. mungkin itu yang di maksud experiential learning. belajar dari pengalaman. but, siapa tahu bahwa itu hanya pelengkap keminimalisan tadi biar laporan ke atasnya mudah)

Sertifikasi memang bermuka dua. satu sisi manis dan satu sisi pahit.
Satu sisi menguntungkan (kalau lulus) tunjangan guru akan berlipat. Dapur akan memasak menu lebih pantas.
namun, di satu sisi merepotkan, untuk dapat memenuhi syarat sertifikasi, banyak guru yang kelimpungan karena syarat-syarat itu sebagian besar tidak dikenalnya atau tidak pernah dilakukannya. apalgi sebagai guru di daerah dengan budaya dan peradaban yang tertinggal teori - teori macam syarat itu tidak diperlukan. yang penting mereka punya cukup ilmu dan pengetahuan dalam bahan ajarnya serta mempunyai metode dan teknik yang menarik.
mereka tidak perlu bingung-bingung menuliskannya dalam kertas.

Apa gunanya pemerintah mengangkat para pengawas itu. tidak mereka bisa melaporkan guru mana saja yang kreatif dan cerdas yang pantas dihadiahi sertifikat pendidik tanpa harus ribet.

kali ini aku merasakan sendiri dampak sertifikasi itu.
walau sudah lama menggema di seantero nusantara, tapi program pelatihan untuk itu tidak banyak dari pemerintah. yang ada malah dari umum yang meminta bayaran selangit.
Calopun ikut bermain. alamak!

Kamis kemaren Bapak Menelpon untuk dicarikan berkas portofolionya orang yang sudah lolos. katanya untuk dipelajari dan ditiru sebagai portofolio bapak dalam mengajukan sertifikasi.

Aku tertohok. seandainya aku bisa berkata: "tolong tidak usah sertifikasi kalau dengan modal plagiat"
tapi aku tak tega. Bapak terlanjur semangat dan senang karena di usianya yang 51 ini mendapat kesempatan seperti teman-temannya yang lain yang sudah dapat.sebelumnya tidak bisa sertifikasi karena ijasahnya yang hanya D2.

Ya. kembali pada bapakku. setelah berusaha mencari contekan tidak ada yang ngasih, termasuk aku juga sudah memelas kepada beberapa orang dan di tolak mentah-mentah, akhirnya Beliau pasrah pada seseorang dengan ongkos 2 juta untuk 1 portofolio.
(Dan ini mencengangkan; dari omong-omong berdasar kabar dari mulut ke mulut pihak yang pernah melakukan, penyedia jasa PTK atau Portofolio syarat sertifikasi adalah oknum diknas. o gitu ya, tidak melakukan pelatihan justru agar lebih mudah memeras. Astaghfirullah)

Aku sudah sampaikan pada bapak, bahwa tidak mungkin memperoleh portofolio gratis karena hampir semua guru yang jauh dari psat peradaban akan rela membayar berapapun asala syarat itu terpenuhi.
bahkan ada hanya 1 PTK seharga 1,5 juta.

kini, aku ingin membantu walau jarak kami sangat jauh. aku membawa berkas dan buku yang sekiranya bisa membantu dalam membuat PTK, RPP, Silabus, dll ke tempat kerja. but......
Aku telat, bapak sudah memasrahkan pada orang lain dengan ongkos 2 juta.uang segitu pasti sangat berarti dan susah didapatkan oleh kami.

Maafkan aku tidak berbakti.
tidak mampu menolongmu di saat kau perlu sebagaimana kau telah lakukan pada anakmu ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar dengan sopan, cerdas dan jelas.
terima kasih